Kamis, 15 April 2010

Wirid Penantian




Hujan rindu yang senantiasa turun ini, memenuhi gelas2 kegelisahan. Dan terus turun hingga sesuir jiwa ini lelah menacri tempayan2 untuk menadahnya. Lika-liku kebisuan terus membelenggu menunggu sebuah waktu pada pertemuan. Dimana hujan akan berhenti dan air-air kegelisahan tumpah pada muara pengobatan dan penyembuhan.

Pada sebuah hati, janji ini menempel bak benalu. Pada sebuah jiwa, rasa ini menikam bak duri beracun menyebar ke denyut2 nadi. Membuat sang emosi kian menjadi. Dan, pada sebuah waktu, penantian ini mematung. Begitu mengiris membuat luka2 kerinduan.


Samudra yang membelah gundukan2 tanah, melebar membuat jarak hingg Sang Purnama terlalu jauh tuk di tatap. Badai ombak dan karang tetap kokoh menjadi sebuah penghalang yang tak ada kata tamat.

Angin, jangan kau tertawa! Hiburlah aku yang terus menata bata-bata harapan. Yang terus merangkai besi jembatan untuk menghubungkan pada Sang Rembulan.

Dingin, jangan kau terus buatku menggigil! Diri ini tlah terlanjur hanyut. Racun ini telah begitu menyebar. Temani aku dalam kebisuan. Kawani aku dalam penantian panjang.

Biar kudekap belati2 ini. Biarkan darahku menetes mengaliri selokan2. Dan angin, bawalah anyir cinta ini ke seluruh sudut2 dunia. Hembuskanlah pada kelopak2 bunga di taman2 para pecinta. Teriakkan nyanyian setia, meski Sang Rembulan kian merangsek dan terus curiga. Aku, kan tetap mematung dengan setia.

Jumat, 09 April 2010

Alternatif Ideologi




Suatu kali saya dan seorang teman berkunjung ke rumah dosen saya. Namanya Fahmi Alhadar, seorang dosen yang penuh dengan kejutan-kejutan dan ide-ide gress. Saat itu, sembari menghadap meja yang sudah terhidang kopi, kami ngobrol sekedar sharing antara mahasiswa dan dosen. Saat asyik ngobrol tentang beberapa kegiatan kemahasiswaan, disela-sela beliau menimkati rokok StarMild-nya, tiba-tiba beliau bertanya yang mengagetkan kami berdua.

"Islam itu budaya atau bukan?"

Pertanyaan itu kelihatan simpel memang, tapi dalam. Pada kesempata itu, saya dan teman saya saling memandang. Kemudian hening agak lama.

"Bukan" Jawab saya. Saya pikir beliau kemudian akan menanyakan alasan saya mengapa saya menjawab bukan, tapi ternyata tidak. Selanjutnya beliau malah kembali mengajak kami ngobrol dan sepertinya tak begitu terlalu mementingkan pertanyaan yang telah Ia lontarkan.

Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba menjelaskan alasan saya kenapa saya menjawab bukan. Budaya adalah hasil cipta, rasa dan karsa dari manusia yang di implementasikan dalam kehidupan. Hasil cipta, rasa dan karsa tersebut dapat berupa, Bahasa, Keyakinan, Pengetahuan, Kesenian, Teknologi, Sistem kemasyarakatan dan sistem mata pencaharian. Meski, dalam unsur-unsur tersebut diatas terdapat "Keyakinan" namun hemat saya keyakinan yang dimiliki oleh suatu masyarakat yang menciptakan budaya pada masyarakat tersebut hanyalah seperti sistem keyakinan spiritualisme saja. Dimana hal tersebut adalah keyakinan dari masyarakat yang memiliki hubungan vertikal dengan "sesuatu diluar sana yang lebih hebat dari mereka". Itu saja. Keyakinan seperti ini sangat banyak ditemui pada masyarakat-masyarakat misalnya animisme dan dinamisme.

Kenapa saya tidak memasukkan Islam termasuk pada sistem keyakinan yang merupakan bagian dari unsur kebudayaan? Karena Islam tidak hanya memberikan pemahaman hubungan vertikal antara masyarakat dengan "Sesuatu" di luar sana yang paling berkuasa atas mereka, namun juga Islam mengajarkan untuk menciptakan hubungan secara horizontal antara mereka dengan mereka yang lain juga antara mereka dengan alam sekitarnya secara selaras dan seimbang. Disinilah letak kesempurnaan Islam, dimana pada era masyarakat postmodern ini harus dijadikan alternatif Ideologi dalam menempuh hidup. Islam bukanlah ideologi alternatif namun islam adalah alternatif ideologi. Karena selama ini ideologi yang telah menggejala pada seluruh umat manusia selain Islam adalah cacat.

Terbukti, Komunisme runtuh dan hancur berkeping-keping. Kini Kapitalisme menggejala dan akhirnya menggali lubang kuburnya sendiri. Kapitalisme mengajarkan untuk melepaskan hasrat sebebasnya tanpa pagar dan dengan berpikir keuntungan secara materil belaka. Akhirnya manusia terus menerus merasa gelisah dan selalu saja tidak puas. Tak Pelak, hal ini kemudian menjadikan kekreatifitasan yang menyimpang seperti melakukan eksploitasi pada diri manusia dengan hanya berpikir keuntungan materi belaka. Contohnya adalah seks, dimana ke-tabuan dan ke-rahasiaannya adalah sesuatu yang special darinya sehingga manusia tidak hanya dapat melakukan regenerasi tetapi menikmati hidup. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Orang-orang berpikir bahwa sudah tak ada lagi yang bisa dijual dan di eksploitasi karena kaum bermodal telah menguasainya, maka sebagai pelarian maka tubuhlah yang kemudian dieksploitasi dan dijual.

Islam, bukan lah agama yang hanya mementingkan akhirat belaka. Islam adalah sebuah keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara lahiriah dan ukhrawiyah. Bahkan Dunia dalam pandangan Islam adalah ladang yang harus digarap untuk kemamkmuran manusia di dunia juga sebagai bekal di akhirat. Karena kesempurnaan inilah yang kemudia umat jika masuk ke dalam Islam secara kaffah dan hidup sesuai tuntunan Islam, maka akan tercipta sebuah budaya yang kondusif bagi manusia dan alam. bagi dunia dan akhirat.